Namanya Gua Pindul.
Berlokasi di dusun Gelaan. desa Bejiharjo, kecamatan Karangmojo,
kabupaten Gunungkidul, provinsi Yogyakarta. Karena dasar gua ini berupa
sungai maka tidak mungkin anda menyusuri dengan jalan kaki, kecuali
punya cukup nyali untuk berenang.Inilah istimewanya, anda harus menaiki
ban karet untuk menyusuri gua. Di dalam gua pasti akan anda temukan
banyak hal baru yang tidak ada bandingannya dengan gua biasa. Wisata
menyusuri gua menggunakan ban karet ini dikenal dengan sebutan cave
tubing. National Geographic juga pernah meliput keindahan berwisata di
Gua Pindul. Gua Pindul dibuka secara resmi untuk umum pertama kali pada
tahun 2010.
Keajaiban alam ini sudah menarik
perhatian puluhan ribu wisatawan sejak tahun 2010, baik domestik ataupun
mancanegara. Di tahun pertama tercatat hanya ada 120 wisatawan saja.
Tahun 2011 tercatat 18.000 pelancong. Dan tahun 2012 tercatat 40ribua
lebih pengunjung.
Gua Basah
Gua Pindul termasuk ke dalam golongan
“gua basah” dimana jenis gua ini berbeda dengan kebanyakan gua di
Indonesia yang rata-rata bertipe “gua kering”. Di dalam gua pindul
terdapat aliran sungai yang mengalir mulai dari mulut gua hingga bagian
akhir dari gua ini. Gua ini memiliki panjang kurang lebih 300 meter
dengan aliran sungai bersahabat, cukup tenang, dan tidak terlalu banyak
gelombang pada aliran sungai ini.
Cukup dengan membayar 30 ribu rupiah per orang, anda sudah bisa bertualang menjelajah Gua Pindul.
Biaya tersebut digunakan untuk menyewa ban karet, jaket pelampung serta
jasa pemandu yang memandu anda menikmati keindahan pemandangan di gua
ini.
Selanjutnya pemandu mulai memandu anda
dengan memimpin doa sebelum melakukan perjalanan dan memberikan
penjelasan tentang tata tertib yang ada. Hati-hati, mungkin ada makhluk
lain yang menghuni gua ini. Gua pindul memiliki 3 lorong, yaitu lorong
terang, remang-remang, dan gelap. Pemandu membawa alat penerangan dan
memberikan penjelasan tentang apa yang ada di dalam gua ini. Di dalam
gua bisa anda temukan stalakmit dan staktit yang berdiri kokoh bagaikan
tiang-tiang sebuah bangunan. Selain itu, di Gua Pindul terdapat hewan
yang di lindungi yaitu burung seriti, walet serta kelelawar. Sedang
bagian gelap Gua Pindul, ditujukan untuk konservasi kelelawar.
Harap dicatat, ditengah perjalanan menjelajah gua pindul
akan anda temukan bagian gua yang sangat sempit sehingga antri harus
bergantian untuk melalui bagian tersebut karena hanya mampu dilewati
oleh satu ban karet saja. Menjelang akhir perjalanan menyusuri gua, anda
akan menemukan tempat yang bisa digunakan uji nyali melompat ke air.
Di sini anda akan merasakan sensasi yang menakjubkan ketika melompat
dari tempat tersebut. Untuk menyusuri gua ini diperlukan waktu kurang
lebih 1 jam. Jangan khawatir, satu jam tidak terasa berlalu sangat cepat
karena Sang Pencipta alam akan menghipnotis anda dengan keindahan yang
ada di dalam gua pindul ini.
Dulunya WC Apung
Menurut Subagyo, salah satu penggagas
dan pengurus objek wisata alam itu mengakui tingginya minat wisatawan
terhadap situs wisata yang baru dibuka pada Oktober 2010 itu di luar
dugaan warga desa Bejiharjo. Memang luar biasa, seperti kata Subagyo.
Objek wisata yang dikelola hanya oleh warga Desa Bejiharjo itu tidak
hanya bisa menarik ribuan wisatawan dalam waktu singkat tetapi juga bisa
meningkatkan kesejahteraan warga lokal.
Subagyo menuturkan kehadiran situs wisata Gua Pindul telah memberikan
lapangan kerja baru bagi 120 warga yang kini bekerja sebagai pemandu
wisata dan warga lainnya yang berdagang di sekitar gua tersebut.
Bandingkan saja, dulunya banyak yang bekerja sebaga buruh tani dengan
penghasilan rata-rata Rp.350.000,- per bulan. Kini, mereka bisa meraup
untung rata-rata hingga Rp.2,5 juta dari bisnis pariwisata Gua Pindul
ini.Kehadiran obyek wisata Gua Pindul menjadikan berkah untuk warga sekitar. Anak-anak muda di sana tidak perlu lagi pergi ke Jakarta untuk mengadu nasib. Dan orang tua tidak perlu lagi menjual tanah untuk beli sepeda motor atau untuk biaya sekolah anak.
Terinspirasi Gua Gong di Pacitan
Subagyo, yangsaat itu berusia 49 tahun sempat dicap sebagai orang gila karena berperilaku aneh, berbeda dengan kebanyakan warga sekitar. Diawali oleh gagasan empat orang warga desa pada Juli 2010. Gua Gong memiliki ciri khas batunya jika dipukul mengeluarkan bunyi mirip gamelan gong.
Subagyo bersama tiga orang temannya Tuwijo, Suratmin dan Paryo
mempelopori pengembangan Gua Pindul menjadi objek wisata yang layak
dijual. Mereka membangun gedung sekretariat bersama, membersihkan
lingkungan di sekitar sungai, dan mengajak warga lain untuk terlibat.
Semuanya dilakukan secara gotong royong.Subagyo, yangsaat itu berusia 49 tahun sempat dicap sebagai orang gila karena berperilaku aneh, berbeda dengan kebanyakan warga sekitar. Diawali oleh gagasan empat orang warga desa pada Juli 2010. Gua Gong memiliki ciri khas batunya jika dipukul mengeluarkan bunyi mirip gamelan gong.
Tetapi perubahan, seperti dalam banyak kisah, awalnya tidak berjalan mulus. Cerita yang sama dialami Subagyo dan rekan-rekannya. Hidup di tengah masyarakat petani, mereka malah dianggap sekumpulan orang aneh. “Kami dibilang orang stres. Bukannya mengerjakan sawah, malah ngurus gua,” kenang Subagyo.
Tantangan tidak berhenti sampai di situ. Gua Pindul oleh masyarakat setempat biasanya dijadikan tempat membuang sampah dan buang hajat. Alhasil sungai dengan aliran tenang itu kotor penuh sampah. Diperlukan kerja keras oleh Subagyo dan temannya untuk meyakinkan warga dan menghentikan kegiatan mencemari sungai dengan sampah. Setelah kampanye kebersihan selesai, dilanjutkan dengan gotong royong membuat akses jalan sederhana menuju lokasi.
Usaha warga Desa Bejiharjo kemudian mendapat bantuan dari sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang melangsungkan program Kuliah Kerja Nyata di Gua Pindul pada 2011. Mahasiswa KKN itu terlibat aktif untuk membenahi sisi bisnis dan manajemen pengelolaan obyek wisata Gua Pindul.
Tak lama kemudian, pemerintah DIY membangun jalan permanen ke desa itu. Dinas Pariwisata setempat juga menyumbang sejumlah perangkat pembantu seperti perahu karet dan jaket pelampung, serta mempromosikan desa wisata Bejiharjo. Tak cukup dengan bantuan birokrat, warga desa secara mandiri bekerjasama dengan 38 biro perjalanan wisata di Yogyakarta dan melalui media sosial seperti Facebook dan Twitter, selain website resmi Gua Pindul, untuk mempromosikan wisata Gua Pindul.
Asal Mula Nama Gua Pindul
Menurut legenda yang dipercayai
masyarakat dan dikisahkan turun temurun, nama Gua Pindul dan gua-gua
lain yang ada di Bejiharjo tak bisa dipisahkan dari cerita pengembaraan
Joko Singlulung mencari ayahnya. Setelah menjelajahi hutan lebat, gunung,
dan sungai, Joko Singlulung pun memasuki gua-gua yang ada di Bejiharjo.
Saat masuk ke salah satu gua mendadak Joko Singlulung terbentur batu,
sehingga gua tersebut dinamakan Gua Pindul yang berasal dari kata pipi
gebendul.
Jam Buka: Senin – Minggu (pk 08.00 – 16.00 WIB).
Keterangan: Cave Tubing Gua
Pindul sepenuhnya dikelola oleh Karang Taruna Dusun Gelaran I. Bagi yang
hendak melakukan cave tubing disarankan untuk reservasi beberapa hari
sebelumnya.
0 komentar:
Posting Komentar