Sekalipun Bali banyak didatangi turis mancanegara yang berasal dari
berbagai negara di dunia, namun bukan berarti serta-merta Bali
kehilangan jati diri dan nuansa adatnya. Masyarakat Bali terkenal
sebagai masyarakat yang taat dan rigid dalam memertahankan
eksistensi budayanya. Desakan modernitas tak mampu mengaburkan dan
menghilangkan budaya lokal yang hingga kini dianut masyarakat setempat
secara kuat.
Salah
satu desa yang masih mempertahankan warisan nenek moyang atau leluhur
adalah Desa Adat Penglipuran. Desa ini memiliki keunikannya tersendiri
karena, misalnya, corak pintu gerbangnya (mereka menyebutnya dengan
“angkul-angkul”) terlihat sama satu dengan yang lainnya. Begitu juga
dengan penampilan fisik Desa Penglipuran yang sangat indah dan khas.
Jalan yang menuju ke desa ini terlihat begitu terawat, bersih dan
berundah-undak.
Potensinya Besar
Jangan
tanya soal potensi wisata desa ini karena Penglipuran terkenal dengan
adatnya yang unik serta memiliki frekuensi perayaan keagamaan yang
sangat tinggi. Memang sentuhan modernitas tak bisa dihilangkan dari desa
ini terlebih makin masifnya wisatawan yang datang, namun letak
perumahan pada masing-masing keluarga tetap menganut falsafah Tri Hita
Karana.
Apa
yang dimaksud dengan Tri Hita Karana? Yakni sebuah ajaran filosopis
yang senantiasa menjaga keharmonisan dalam relasi antar-sesama manusia,
manusia dengan lingkungannya, serta manusia dengan Tuhan. Para generasi
penerus Desa Penglipuran yang meskipun menikmati pendidikan formal
sampai ke tingkatan universitas namun tetap diajarkan untuk selalu
melestarikan tradisi yang diwarisi dari para leluhurnya. Mislanya saja,
bangunan suci selalu terletak di hulu, perumahan di tengah, sedangkan
ladang usaha berada di pinggir atau hilir.
Areal
pemukiman serta jalan utama desa adat penglipuran adalah areal bebas
kendaraan terutama roda empat. Keadaan ini, semakin memberikan kesan
nyaman bagi para wisatawan yang datang. Kata penglipuran berasal dari
kata penglipur yang artinya penghibur, karena semenjak jaman kerajaan ,
tempat ini adalah salah satu tempat yang bagus untuk peristirahatan.
Asal Kata Penglipuran
Menurut
kepercayaan masyarakat setempat, kata “Penglipuran” dipercaya berasal
dari kata Pengeling Pura yang memiliki arti tempat yang suci untuk
mengingat para leluhur. Mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani,
namun kini mereka mulai beralih menjadi membuka industri usaha kecil dan
kerajinan rumah tangga.
Selamat Berkunjung!
SUMBER : http://bali.panduanwisata.com/spot-wisata/menyambangi-desa-adat-penglipuran/
0 komentar:
Posting Komentar