welcome

We kindly serve you, find your identity in Indonesia

Rabu, 13 Februari 2013

Desa Penglipuran Bali, Desa Internasional

Sekalipun Bali banyak didatangi turis mancanegara yang berasal dari berbagai negara di dunia, namun bukan berarti serta-merta Bali kehilangan jati diri dan nuansa adatnya. Masyarakat Bali terkenal sebagai masyarakat yang taat dan rigid dalam memertahankan eksistensi budayanya. Desakan modernitas tak mampu mengaburkan dan menghilangkan budaya lokal yang hingga kini dianut masyarakat setempat secara kuat.

Salah satu desa yang masih mempertahankan warisan nenek moyang atau leluhur adalah Desa Adat Penglipuran. Desa ini memiliki keunikannya tersendiri karena, misalnya, corak pintu gerbangnya (mereka menyebutnya dengan “angkul-angkul”) terlihat sama satu dengan yang lainnya. Begitu juga dengan penampilan fisik Desa Penglipuran yang sangat indah dan khas. Jalan yang menuju ke desa ini terlihat begitu terawat, bersih dan berundah-undak.
Potensinya Besar

Jangan tanya soal potensi wisata desa ini karena Penglipuran terkenal dengan adatnya yang unik serta memiliki frekuensi perayaan keagamaan yang sangat tinggi. Memang sentuhan modernitas tak bisa dihilangkan dari desa ini terlebih makin masifnya wisatawan yang datang, namun letak perumahan pada masing-masing keluarga tetap menganut falsafah Tri Hita Karana.

Apa yang dimaksud dengan Tri Hita Karana? Yakni sebuah ajaran filosopis yang senantiasa menjaga keharmonisan dalam relasi antar-sesama manusia, manusia dengan lingkungannya, serta manusia dengan Tuhan. Para generasi penerus Desa Penglipuran yang meskipun menikmati pendidikan formal sampai ke tingkatan universitas namun tetap  diajarkan untuk selalu melestarikan tradisi yang diwarisi dari para leluhurnya. Mislanya saja, bangunan suci selalu terletak di hulu, perumahan di tengah, sedangkan ladang usaha berada di pinggir atau hilir.
Areal pemukiman serta jalan utama desa adat penglipuran adalah areal bebas kendaraan terutama roda empat. Keadaan ini,  semakin memberikan kesan nyaman bagi para wisatawan yang datang. Kata penglipuran berasal dari kata penglipur yang artinya penghibur,  karena semenjak jaman kerajaan , tempat ini adalah salah satu tempat yang bagus untuk peristirahatan.
Asal Kata Penglipuran
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, kata “Penglipuran” dipercaya berasal dari kata Pengeling Pura yang memiliki arti tempat yang suci untuk mengingat para leluhur. Mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani, namun kini mereka mulai beralih menjadi membuka industri usaha kecil dan kerajinan rumah tangga.

Desa adat Penglipuran berada di bawah administrasi Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, yang berjarak 45 km dari kota Denpasar. Letaknya berada di daerah dataran tinggi di sekitar kaki Gunung Batur. Berdasarkan data tahun 2001 yang dihimpun pemerintah, Desa Adat Penglipuran memiliki luas wilayah sekitar 1,12 Ha.
Selamat Berkunjung!

SUMBER : http://bali.panduanwisata.com/spot-wisata/menyambangi-desa-adat-penglipuran/

0 komentar:

Posting Komentar