welcome

We kindly serve you, find your identity in Indonesia

Minggu, 29 Agustus 2010

uniknya Uroe Meugang Tradisi Bulan Ramadhan di Aceh


Berziarah ke makan keluarga biasanya dilakukan banyak kalangan menjelang bulan Ramadhan akhir pekan ini. Masyarakat Aceh punya tradisi khusus yang disebut Uroe Meugang. Tentang tradisi ini, berikut laporan Lola Alfira dari Fas FM, Meulaboh Aceh.

Menyambut bulan puasa Ramadhan, ada tradisi khas dari masyarakat di Aceh, uroe meugang atau hari meugang namanya, yang artinya membeli daging menjelang puasa dan menyambut hari raya Idul Fitri atau Idul Adha. Jadi dalam setahun ada tiga kali tradisi meugang tersebut dilakukan.

Berikut komentar salah seorang warga, Sakdiah menanggapi tradisi uroe meugang di Aceh.

Lelah pulang pantai
Sakdiah: Kalau tradisi meugang di Aceh memang sangat kental sekali dengan kekeluargaan, dari jaman dulu turun-temurun sampai sekarang pasti setiap tahunnya uroe meugang itu ada. Walaupun masyarakat ada yang miskin sekalipun pasti mereka akan merasakan daging meugang itu baik mereka beli sendiri ataupun tetangga akan memberikan kepada mereka, walaupun sedikit.

Tradisi yang lainnya seperti lemang, itu kayaknya seperti wajik ya, lemang, tape, ketupat juga. Dari ibu-ibu masak-masaknya juga akan diberikan ke tetangga, ke famili, ataupun ke fakir miskin.

Setiap tahunnya setelah meugang, masak-masakan yang khas tadi, juga ini, pergi ke pantai ramai-ramai sama keluarga, sama sanak saudara lainnya untuk merayakan besoknya puasa dan malamnya taraweh ya. Walaupun lelah pulang dari pantai tapi ada rasa kenikmatan sendiri untuk menyambut Ramadhan.

Selain uroe meugang, masyarakat Aceh juga memasak makanan seperti ketupat, tape dan lemang. Ketiga masakan tersebut merupakan hidangan khas pendamping daging yang dimasak dalam bermacam-macam menu. Memasuki hari kedua masyarakat pergi ke pantai atau ke tepi sungai untuk menyantap masakan, berkumpul bersama keluarga. Selain itu ada juga yang pergi ke makam keluarga untuk berziarah. Tak ada orang Aceh yang tidak tahu apalagi yang tidak menjalani tradisi tersebut.

Tidak ada yang melarang tradisi melanjutkan atau melakukan tradisi meugang ini. Dan tidak ada benturan di agama maupun tradisi, semua dilakukan beriringan untuk meneruskan tradisi nenek moyang.

Umi Zikri, tokoh masyarakat menyikapi tradisi yang sulit dihilangkan ini.

Tukar menukar makanan
Umi Zikri: Oleh orang tua-tua, nenek-nenek kita, orang tua empat untuk mempersiapkan supaya bisa menghadapi bulan suci Ramadhan ini dengan begitu senang. Sehingga membuat dengan bermacam tradisi. Berarti kalau sudah mengadakan tradisi yang seperti itu, bertanda orang muslim yang mau menyambut bulan suci Ramadhan ini dengan hati yang senang. Sudah nampak ikhlas persiapan dirinya untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

Puasa itu kan menahan diri dari hal-hal yang membukakan puasa, termasuk makanan dan minuman. Nah untuk bisa siap menghadapi bulan suci Ramadhan maka dibuatkanlah beramai-ramai di hari meugang untuk makan yang enak-enak. Misalnya di Aceh itu dengan makanan daging yang memang kadang kala kalau kita lihat dengan standar kemampuan manusia, ada yang jarang makan daging. Ada bahkan yang tidak pernah makan daging, misalnya orang fakir miskin.

Tapi di hari meugang ini, dengan ada tradisi yang seperti itu, bahkan orang miskin dapat makan daging. Apakah dengan santunan orang-orang kaya atau orang-orang yang berhak memberikan kepadanya. Sehingga orang miskinpun bisa merasakan bagaimana yang dirasakan oleh orang kaya. Itulah yang dibuat oleh orang tua kita, nenek tua kita, tradisi.

Nah untuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadhan yaitu dengan budaya mempersiapkan makanan-makanan. Misalkan kayak di kampung ada kita mendengar mengadakan beras yang lebih, membuat makanan-makanan berbuka puasa, dan juga mempersiapkan yang lain-lainnya.
Meski uroe megang dianggap makan daging tahunan, tapi dalam tradisi ini warga saling tukar menukar masakan, menjamu tamu bahkan memberikan hidangan daging kepada fakir miskin atau anak yatim.

Kewajiban Pria di Hari Meugang
Tradisi uroe meugang juga mempengaruhi kehidupan kaum pria di Aceh, mereka harus membawa pulang daging ke rumah sebagai sikap tanggung jawab memenuhi kebutuhan rumah tangga, Fahmi menanggapi hal tersebut.

Fahmi: "Menanggapi tentang tradisi uroe meugang di Aceh menjadi suatu yang khas, mungkin di daerah lain tradisi ini tidak ada. Uroe meugang dilaksanakan tiga kali dalam setahun: menyambut puasa, menyambut hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Sebagai kaum pria di Aceh merupakan suatu kewajiban membeli daging walau sedikit untuk dibawa pulang ke rumah. Jika hal tersebut tidak dilakukan terasa ada yang kurang.''

Tradisi makan-makan ke pantai seakan sulit digantikan dengan kegiatan lainnya. Pernah pemerintah daerah mengarahkan atau menghimbau masyarakat untuk tidak ke pantai, diganti dengan kegiatan lainnya. Namun himbauan tersebut tidak dihiraukan dan warga kembali mendatangi pantai-pantai untuk melanjutkan tradisi uroe meugang dan makan-makan.

http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia

0 komentar:

Posting Komentar