welcome

We kindly serve you, find your identity in Indonesia

history

Indonesia has strong historical roots, has a priceless masterpiece

Floating market

The uniqueness is a part of Indonesian life

metropolitan

Indonesia has a magnificent way of life

culinary

have a high culinary taste since antiquity

pray

the source of all sources of life is god

Romantic

the source of all sources of life is god

Selasa, 19 Februari 2013

Benua Atlantis yang Gilang dari Peradapan Manuasia

Menyingkap Kontroversi Terbesar Sejarah Awal Peradaban Manusia

Plato
[topsecretwriter.com]
Kontroversi terbesar sepanjang sejarah peradaban manusia,  tampaknya kini mulai terungkap. Benua Atlantis seperti disebutkan Plato, Filosof Yunani, dalam bukunya Timaeus and Critias sekitar 2500 tahun silam, dari sudut pandang geologi dan spekulasi ilmiah dewasa ini, sangat mungkin adalah Sunda Land, yang sekarang kita kenal dengan Indonesia Barat (Jawa, Sumatera dan Kalimantan) hingga semenanjung Malaysia dan Thailand.  

Benua Atlantis disebut sebagai awal peradaban manusia. Penduduknya memiliki kebudayaan tinggi dan bangsa superior. Namun benua itu telah tenggelam selama ribuan tahun karena berbagai bencana alam. Yang menarik, hingga kini tidak diketahui dengan pasti dimana sebenarnya letak benua Atlantis itu? Dari sudut pandang geologis, ternyata sangat mungkin letak Atlantis justru di tataran Sunda....!













Oki Oktariadi, peserta program Doktor Pengembangan Kewilayahan di Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung, Jawa Barat, belum lama ini mengungkapkan hasil studi yang menarik mengenai kontroversi misteri  benua yang hilang itu. 


”Peradaban Atlantis yang hilang” hingga kini barangkali hanyalah sebuah mitos mengingat belum ditemukannya bukti-bukti yang kuat tentang keberadaannya. 

Mitos itu pertama kali dicetuskan oleh seorang ahli filsafat terkenal dari Yunani, Plato (427 - 347 SM), dalam bukunya ”Critias dan Timaeus”. Disebutkan oleh Plato bahwa terdapat awal peradaban yang disebut Benua Atlantis; para penduduknya dianggap sebagai dewa, makhluk luar angkasa, atau bangsa superior; benua itu kemudian hilang, tenggelam secara perlahan-lahan karena serangkaian bencana, termasuk gempa bumi. Namun dari sudut pandang geologi masa kini, Atlantis itu sangat mungkin adalah Sunda Land.

Selama lebih dari 2000 tahun, Atlantis yang hilang telah menjadi dongeng. Tetapi sejak abad pertengahan (mid century), kisah Atlantis menjadi populer di dunia Barat. Banyak ilmuwan Barat secara diam-diam meyakini kemungkinan keberadaannya. Di antara para ilmuwan itu banyak yang menganggap bahwa Atlantis terletak di Samudra Atlantis, bahkan ada yang menganggap Atlantis terletak di Benua Amerika sampai Timur Tengah. Penelitian pun dilakukan di wilayah-wilayah tersebut. Akan tetapi, kebanyakan peneliti itu tidak memberikan bukti atau telaah yang cukup. Sebagian besar dari mereka hanya mengira-ngira.

Atlantis City
Hanya beberapa tempat di bumi yang keadaannya memiliki persayaratan untuk dapat diduga sebagai Atlantis sebagaimana dilukiskan oleh Plato lebih dari 20 abad yang lalu. Akan tetapi Samudera Atlantik tidak termasuk wilayah yang memenuhi persyaratan itu. Para peneliti masa kini malahan menunjuk Sundaland (Indonesia bagian barat hingga ke semenanjung Malaysia dan Thailand) sebagai Benua Atlantis yang hilang dan merupakan awal peradaban manusia.

Fenomen Atlantis dan awal peradaban selalu merupakan impian para peneliti di dunia untuk membuktikan dan menjadikannya penemuan ilmiah sepanjang masa. Apakah pandangan geologi memberi petunjuk yang kuat terhadap kemungkinan ditemukannya Atlantis yang hilang itu? Apabila jawabannya negatif, apakah peluang yang dapat ditangkap dari perdebatan ada tidaknya Atlantis dan kemungkinan lokasinya di wilayah Indonesia?

Hampir semua tulisan tentang sejarah peradaban menempatkan Asia Tenggara sebagai kawasan ‘pinggiran’. Kawasan yang kebudayaannya dapat subur berkembang hanya karena imbas migrasi manusia atau riak-riak difusi budaya dari pusat-pusat peradaban lain, baik yang berpusat di Mesir, Cina, maupun India. Pemahaman tersebut mengacu pada teori yang dianut saat ini yang mengemukakan bahwa pada Jaman Es paling akhir yang dialami bumi terjadi sekitar 10.000 sampai 8.000 tahun yang lalu mempengaruhi migrasi spesies manusia.

Jaman Es terakhir ini dikenal dengan nama periode Younger Dryas. Pada saat ini, manusia telah menyebar ke berbagai penjuru bumi berkat ditemukannya cara membuat api 12.000 tahun yang lalu. Dalam kurun empat ribu tahun itu, manusia telah bergerak dari kampung halamannya di padang rumput Afrika Timur ke utara, menyusuri padang rumput purba yang kini dikenal sebagai Afrasia.

Padang rumput purba ini membentang dari pegunungan Kenya di selatan, menyusuri Arabia, dan berakhir di pegunungan Ural di utara. Jaman Es tidak mempengaruhi mereka karena kebekuan itu hanya terjadi di bagian paling utara bumi sehingga iklim di daerah tropik-subtropik justru menjadi sangat nyaman. Adanya api membuat banyak masyarakat manusia betah berada di padang rumput Afrasia ini.


Maka, ketika para ilmuwan barat berspekulasi tentang keberadaan benua Atlantis yang hilang, mereka mengasumsikan bahwa lokasinya terdapat di belahan bumi Barat, di sekitar laut Atlantik, atau paling jauh di sekitar Timur Tengah sekarang.

Penelitian untuk menemukan sisa Atlantis pun banyak dilakukan di kawasan-kawasan tersebut. Namun di akhir dasawarsa 1990, kontroversi tentang letak Atlantis yang hilang mulai muncul berkaitan dengan pendapat dua orang peneliti, yaitu: Oppenheimer (1999) dan Santos (2005).

Kontroversi Dan Rekonstruksi Oppenheimer


Kontroversi tentang sumber peradaban dunia muncul sejak diterbitkannya buku Eden The East (1999) oleh Oppenheimer, Dokter ahli genetic yang banyak mempelajari sejarah peradaban. Ia berpendapat bahwa Paparan Sunda (Sundaland) adalah merupakan cikal bakal peradaban kuno atau dalam bahasa agama sebagai Taman Eden. Istilah ini diserap dari kata dalam bahasa Ibrani Gan Eden. Dalam bahasa Indonesia disebut Firdaus yang diserap dari kata Persia "Pairidaeza" yang arti sebenarnya adalah Taman.

Menurut Oppenheimer, munculnya peradaban di Mesopotamia, Lembah Sungai Indus, dan Cina justru dipicu oleh kedatangan para migran dari Asia Tenggara. Landasan argumennya adalah etnografi, arkeologi, osenografi, mitologi, analisa DNA, dan linguistik. Ia mengemukakan bahwa di wilayah Sundaland sudah ada peradaban yang menjadi leluhur peradaban Timur Tengah 6.000 tahun silam. Suatu ketika datang banjir besar yang menyebabkan penduduk Sundaland berimigrasi ke barat yaitu ke Asia, Jepang, serta Pasifik. Mereka adalah leluhur Austronesia.

Rekonstruksi Oppenheimer diawali dari saat berakhirnya puncak Jaman Es (Last Glacial Maximum) sekitar 20.000 tahun yang lalu. Ketika itu, muka air laut masih sekitar 150 m di bawah muka air laut sekarang.

Kepulauan Indonesia bagian barat masih bergabung dengan benua Asia menjadi dataran luas yang dikenal sebagai Sundaland. Namun, ketika bumi memanas, timbunan es yang ada di kutub meleleh dan mengakibatkan banjir besar yang melanda dataran rendah di berbagai penjuru dunia.

Data geologi dan oseanografi mencatat setidaknya ada tiga banjir besar yang terjadi yaitu pada sekitar 14.000, 11.000, dan 8,000 tahun yang lalu. Banjir besar yang terakhir bahkan menaikkan muka air laut hingga 5-10 meter lebih tinggi dari yang sekarang. Wilayah yang paling parah dilanda banjir adalah Paparan Sunda dan pantai Cina Selatan. Sundaland malah menjadi pulau-pulau yang terpisah, antara lain Kalimantan, Jawa, Bali, dan Sumatera.

Padahal, waktu itu kawasan ini sudah cukup padat dihuni manusia prasejarah yang hidup sebagai petani dan nelayan. Bagi Oppenheimer, kisah ‘Banjir Nuh’ atau ‘Benua Atlantis yang hilang’ tidak lain adalah rekaman budaya yang mengabadikan fenomena alam dahsyat ini. Di kawasan Asia Tenggara, kisah atau legenda seperti ini juga masih tersebar luas di antara masyarakat tradisional, namun belum ada yang meneliti keterkaitan legenda dengan fenomena Taman Eden.

Benua Atlantis Menurut ARYSIO SANTOS


Kontroversi dari Oppenheimer seolah dikuatkan oleh pendapat Arysio Santos. Profesor asal Brazil ini menegaskan bahwa Atlantis yang hilang sebagaimana cerita Plato itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Pendapat itu muncul setelah ia melakukan penelitian selama 30 tahun yang menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization (2005). Santos dalam bukunya tersebut menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Sundaland (Indonesia bagian Barat).

Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Langka, dan Indonesia bagian Barat meliputi Sumatra, Kalimantan, Jawa dan terus ke arah timur. Wilayah Indonesia bagian barat sekarang sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan samudera Pasifik.

Temple of Poseidon in Atlantis,
The Lost City (bukisa.com)
Argumen Santos tersebut didukung banyak arkeolog Amerika Serikat bahkan mereka meyakini bahwa benua Atlantis adalah sebuah pulau besar bernama Sundaland, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir besar seiring berakhirnya zaman es.

Wilayah Sundaland (Indonesia bagian Barat dalam buku Santos (2005)
Menurut Plato, Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus dan mencairnya Lapisan Es yang pada masa itu sebagian besar benua masih diliputi oleh Lapisan-lapisan Es. Maka sebagian benua tersebut tenggelam.

Santos berpendapat bahwa meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan tergambarkan pada wilayah Indonesia (dulu). Letusan gunung api yang dimaksud di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan, letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba, dan letusan gunung Semeru/Mahameru di Jawa Timur. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah letusan Gunung Tambora di Sumbawa yang memecah bagian-bagian pulau di Nusa Tenggara dan Gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa membentuk Selat Sunda (Catatan : tulisan Santos ini perlu diklarifikasi dan untuk sementara dikutip di sini sebagai apa yang diketahui Santos).

atlantis rings (watch.pair.com)
Berbeda dengan Plato, Santos tidak setuju mengenai lokasi Atlantis yang dianggap terletak di lautan Atlantik. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa letusan berbagai gunung berapi menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya sehingga mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events. Catatan : pernyataan Santos ini disajikan seperti apa adanya dan tidak merupakan pendapat penulis.

Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia, diantaranya ialah: Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.

Dalam usaha mengemukakan pendapat, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian oleh para ahli Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.” Atlantis memang misterius, dan karenanya menjadi salah satu tujuan utama arkeologi di dunia. Jika Atlantis ditemukan, maka penemuan tersebut bisa jadi akan menjadi salah satu penemuan terbesar sepanjang masa.

Pandangan Geologi


Pendekatan ilmu geologi untuk mengungkap fenomena hilangnya Benua Atlantis dan awal peradaban kuno, dapat ditinjau dari dua sudut pandang yaitu pendekatan tektonik lempeng dan kejadian zaman es. Wilayah Indonesia dihasilkan oleh evolusi dan pemusatan lempeng continental Eurasia, lempeng lautan Pasifik, dan lempeng Australia Lautan Hindia (Hamilton, 1979). umumnya disepakati bahwa pengaturan fisiografi kepulauan Indonesia dikuasai oleh daerah paparan kontinen, letak daerah Sundaland di barat, daerah paparan Sahul atau Arafura di timur. Intervensi area meliputi suatu daerah kompleks secara geologi dari busur kepulauan, dan cekungan laut dalam (van Bemmelen, 1949).

Kedua area paparan memberikan beberapa persamaan dari inti-inti kontinen yang stabil ke separuh barat dan timur kepulauan. Area paparan Sunda menunjukkan perkembangan bagian tenggara di bawah permukaan air dari lempeng kontinen Eurasia dan terdiri dari Semenanjung Malaya, hampir seluruh Sumatra, Jawa dan Kalimantan, Laut Jawa dan bagian selatan Laut China Selatan.

Tatanan tektonik Indonesia bagian Barat merupakan bagian dari sistem kepulauan vulkanik akibat interaksi penyusupan Lempeng Hindia- Australia di Selatan Indonesia. Interaksi lempeng yang berupa jalur tumbukan (subduction zone) tersebut memanjang mulai dari kepulauan Tanimbar sebelah barat Sumatera, Jawa sampai ke kepulauan Nusa Tenggara di sebelah Timur. Hasilnya adalah terbentuknya busur gunung api (magmatic arc).


Rekontruksi tektonik lempeng tersebut akhirnya dapat menerangkan pelbagai gejala geologi dan memahami pendapat Santos, yang meyakini Wilayah Indonesia memiliki korelasi dengan anggapan Plato yang menyatakan bahwa tembok Atlantis terbungkus emas, perak, perunggu, timah dan tembaga, seperti terdapatnya mineral berharga tersebut pada jalur magmatik di Indonesia. Hingga saat ini, hanya beberapa tempat di dunia yang merupakan produsen timah utama. Salah satunya disebut Kepulauan Timah dan Logam, bernama Tashish, Tartessos dan nama lain yang menurut Santos (2005) tidak lain adalah Indonesia. Jika Plato benar, maka Atlantis sesungguhnya adalah Indonesia.

Selain menunjukan kekayaan sumberdaya mineral, fenomena tektonik lempeng tersebut menyebabkan munculnya titik-titik pusat gempa, barisan gunung api aktif (bagian dari Ring of Fire dunia), dan banyaknya komplek patahan (sesar) besar, tersebar di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Indonesia bagian timur. Pemunculan gunung api aktif, titik-titik gempa bumi dan kompleks patahan yang begitu besar, seperti sesar Semangko (Great Semangko Fault membujur dari Aceh sampai teluk Semangko di Lampung) memperlihatkan tingkat kerawanan yang begitu besar.

Menurut Kertapati (2006), karakteristik gempa bumi di daerah Busur Sunda pada umumnya diikuti tsunami. Para peneliti masa kini terutama Santos (2005) dan sebagian peneliti Amerika Serikat memiliki keyakinan bahwa gejala kerawanan bencana geologi wilayah Indonesia adalah sesuai dengan anggapan Plato yang menyatakan bahwa Benua Atlantis telah hilang akibat letusan gunung berapi yang bersamaan.

atlantis-indonesia map
(ahmadsamanto.wordpress.com)
Pendekatan lain akan keberadaan Benua Atlantis dan awal peradaban manusia (hancurnya Taman Eden) adalah kejadian Zaman Es. Pada zaman Es suhu atau iklim bumi turun dahsyat dan menyebabkan peningkatan pembentukan es di kutub dan gletser gunung. Secara geologis, Zaman Es sering digunakan untuk merujuk kepada waktu lapisan Es di belahan bumi utara dan selatan; dengan definisi ini kita masih dalam Zaman Es. Secara awam untuk waktu 4 juta tahun ke belakang, definisi Zaman Es digunakan untuk merujuk kepada waktu yang lebih dingin dengan tutupan Es yang luas di seluruh benua Amerika Utara dan Eropa.

Penyebab terjadinya Zaman Es antara lain adalah terjadinya proses pendinginan aerosol yang sering menimpa planet bumi. Dampak ikutan dari peristiwa Zaman Es adalah penurunan muka laut. Letusan gunung api dapat menerangkan berakhirnya Zaman Es pada skala kecil dan teori kepunahan Dinosaurus dapat menerangkan akhir Zaman Es pada skala besar.

Dari sudut pandang di atas, Zaman Es terakhir dimulai sekitar 20.000 tahun yang lalu dan berakhir kira-kira 10.000 tahun lalu atau pada awal kala Holocene (akhir Pleistocene). Proses pelelehan Es di zaman ini berlangsung relatif lama dan beberapa ahli membuktikan proses ini berakhir sekitar 6.000 tahun yang lalu.

Pada Zaman Es, pemukaan air laut jauh lebih rendah daripada sekarang, karena banyak air yang tersedot karena membeku di daerah kutub. Kala itu Laut China Selatan kering, sehingga kepulauan Nusantara barat tergabung dengan daratan Asia Tenggara.

Sementara itu pulau Papua juga tergabung dengan benua Australia. Ketika terjadi peristiwa pelelehan Es tersebut maka terjadi penenggelaman daratan yang luas. Oleh karena itu gelombang migrasi manusia dari/ke Nusantara mulai terjadi. Walaupun belum ditemukan situs pemukiman purba, sejumlah titik diperkirakan sempat menjadi tempat tinggal manusia purba Indonesia sebelum mulai menyeberang selat sempit menuju lokasi berikutnya (Hantoro, 2001).

Tempat-tempat itu dapat dianggap sebagai awal pemukiman pantai di Indonesia. Seiring naiknya paras muka laut, yang mencapai puncaknya pada zaman Holosen ± 6.000 tahun dengan kondisi muka laut ± 3 m lebih tinggi dari muka laut sekarang, lokasi-lokasi tersebut juga bergeser ke tempat yang lebih tinggi masuk ke hulu sungai.

taman Eden
(webber-scream.blogspot.com)
Berkembangnya budaya manusia, pola berpindah, berburu dan meramu (hasil) hutan lambat laun berubah menjadi penetap, beternak dan berladang serta menyimpan dan bertukar hasil dengan kelompok lain. Kemampuan berlayar dan menguasai navigasi samudera yang sudah lebih baik, memungkinkan beberapa suku bangsa Indonesia mampu menyeberangi Samudra Hindia ke Afrika dengan memanfaatkan pengetahuan cuaca dan astronomi. Dengan kondisi tersebut tidak berlebihan Oppenheimer beranggapan bahwa Taman Eden berada di wilayah Sundaland.

Taman Eden hancur akibat air bah yang memporak-porandakan dan mengubur sebagian besar hutan-hutan maupun taman-taman sebelumnya. Bahkan sebagian besar dari permukaan bumi ini telah tenggelam dan berada dibawah permukaan laut, Jadi pendapat Oppenheimer memiliki kemiripan dengan akhir Zaman Es yang menenggelamkan sebagian daratan Sundaland.

Ternyata Benar Benua Atlantis Di Indonesia


“Atlantis The Lost Continents Finally Found”. Dimana ditemukannya ? Secara tegas dinyatakannya bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu itu adalah di Indonesia (?!). Selama ini, benua yang diceritakan Plato 2.500 tahun yang lalu itu adalah benua yang dihuni oleh bangsa Atlantis yang memiliki peradaban yang sangat tinggi dengan alamnya yang sangat kaya, yang kemudian hilang tenggelam ke dasar laut oleh bencana banjir dan gempa bumi sebagai hukuman dari yang Kuasa. Kisah Atlantis ini dibahas dari masa ke masa, dan upaya penelusuran terus pula dilakukan guna menemukan sisa-sisa peradaban tinggi yang telah dicapai oleh bangsa Atlantis itu.
Pencarian dilakukan di Samudera Atlantik, Laut Tengah, Karibia, sampai ke kutub Utara. Pencarian ini sama sekali tidak ada hasilnya, sehingga sebagian orang beranggapan bahwa yang diceritakan Plato itu hanyalah negeri dongeng semata. Profesor Santos yang ahli Fisika Nuklir ini menyatakan bahwa Atlantis tidak pernah ditemukan karena dicari di tempat yang salah. Lokasi yang benar secara menyakinkan adalah Indonesia, katanya..
Prof. Santos mengatakan bahwa dia sudah meneliti kemungkinan lokasi Atlantis selama 29 tahun terakhir ini. Ilmu yang digunakan Santos dalam menelusur lokasi Atlantis ini adalah ilmu Geologi, Astronomi, Paleontologi, Archeologi, Linguistik, Ethnologi, dan Comparative Mythology. Buku Santos sewaktu ditanyakan ke ‘Amazon.com’ seminggu yang lalu ternyata habis tidak bersisa. Bukunya ini terlink ke 400 buah sites di Internet, dan websitenya sendiri menurut Santos selama ini telah dikunjungi sebanyak 2.500.000 visitors. Ini adalah iklan gratis untuk mengenalkan Indonesia secara efektif ke dunia luar, yang tidak memerlukan dana 1 sen pun dari Pemerintah RI.
Plato pernah menulis tentang Atlantis pada masa dimana Yunani masih menjadi pusat kebudayaan Dunia Barat (Western World). Sampai saat ini belum dapat dideteksi apakah sang ahli falsafah ini hanya menceritakan sebuah mitos, moral fable, science fiction, ataukah sebenarnya dia menceritakan sebuah kisah sejarah. Ataukah pula dia menjelaskan sebuah fakta secara jujur bahwa Atlantis adalah sebuah realitas absolut ?
Plato bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ‘mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.
Warga Atlantis yang semula merupakan orang-orang terhormat dan kaya, kemudian berubah menjadi ambisius. Yang kuasa kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya sehingga menenggelamkan seluruh benua itu.
Kisah-kisah sejenis atau mirip kisah Atlantis ini yang berakhir dengan bencana banjir dan gempa bumi, ternyata juga ditemui dalam kisah-kisah sakral tradisional di berbagai bagian dunia, yang diceritakan dalam bahasa setempat. Menurut Santos, ukuran waktu yang diberikan Plato 11.600 tahun BP (Before Present), secara tepat bersamaan dengan berakhirnya Zaman Es Pleistocene, yang juga menimbulkan bencana banjir dan gempa yang sangat hebat.
Bencana ini menyebabkan punahnya 70% dari species mamalia yang hidup saat itu, termasuk kemungkinan juga dua species manusia : Neandertal dan Cro-Magnon.
Sebelum terjadinya bencana banjir itu, pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan benua Asia.
Posisi Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonis yang saling menekan, yang menimbulkan sederetan gunung berapi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina yang merupakan bagian dari ‘Ring of Fire’.
Gunung utama yang disebutkan oleh Santos, yang memegang peranan penting dalam bencana ini adalah Gunung Krakatau dan ‘sebuah gunung lain’ (kemungkinan Gunung Toba). Gunung lain yang disebut-sebut (dalam kaitannya dengan kisah-kisah mytologi adalah Gunung Semeru, Gunung Agung, dan Gunung Rinjani.
Bencana alam beruntun ini menurut Santos dimulai dengan ledakan dahsyat gunung Krakatau, yang memusnahkan seluruh gunung itu sendiri, dan membentuk sebuah kaldera besar yaitu selat Sunda yang jadinya memisahkan pulau Sumatera dan Jawa.
Letusan ini menimbulkan tsunami dengan gelombang laut yang sangat tinggi, yang kemudian menutupi dataran-dataran rendah diantara Sumatera dengan Semenanjung Malaysia, diantara Jawa dan Kalimantan, dan antara Sumatera dan Kalimantan. Abu hasil letusan gunung Krakatau yang berupa ‘fly-ash’ naik tinggi ke udara dan ditiup angin ke seluruh bagian dunia yang pada masa itu sebagian besar masih ditutup es (Zaman Es Pleistocene) .
Abu ini kemudian turun dan menutupi lapisan es. Akibat adanya lapisan abu, es kemudian mencair sebagai akibat panas matahari yang diserap oleh lapisan abu tersebut.
Gletser di kutub Utara dan Eropah kemudian meleleh dan mengalir ke seluruh bagian bumi yang rendah, termasuk Indonesia. Banjir akibat tsunami dan lelehan es inilah yang menyebabkan air laut naik sekitar 130 meter diatas dataran rendah Indonesia. Dataran rendah di Indonesia tenggelam dibawah muka laut, dan yang tinggal adalah dataran tinggi dan puncak-puncak gunung berapi.
Tekanan air yang besar ini menimbulkan tarikan dan tekanan yang hebat pada lempeng-lempeng benua, yang selanjutnya menimbulkan letusan-letusan gunung berapi selanjutnya dan gempa bumi yang dahsyat. Akibatnya adalah berakhirnya Zaman Es Pleitocene secara dramatis.
Dalam bukunya Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu adalah Zaman Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat Celcius lebih dingin dari sekarang.
Lokasi yang bermandi sinar matahari pada waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di katulistiwa.
Plato juga menyebutkan bahwa luas benua Atlantis yang hilang itu “….lebih besar dari Lybia (Afrika Utara) dan Asia Kecil digabung jadi satu…”. Luas ini persis sama dengan luas kawasan Indonesia ditambah dengan luas Laut China Selatan.
Menurut Profesor Santos, para ahli yang umumnya berasal dari Barat, berkeyakinan teguh bahwa peradaban manusia berasal dari dunia mereka. Tapi realitas menunjukkan bahwa Atlantis berada di bawah perairan Indonesia dan bukan di tempat lain.
Walau dikisahkan dalam bahasa mereka masing-masing, ternyata istilah-istilah yang digunakan banyak yang merujuk ke hal atau kejadian yang sama.
Santos menyimpulkan bahwa penduduk Atlantis terdiri dari beberapa suku/etnis, dimana 2 buah suku terbesar adalah Aryan dan Dravidas.
Semua suku bangsa ini sebelumya berasal dari Afrika 3 juta tahun yang lalu, yang kemudian menyebar ke seluruh Eurasia dan ke Timur sampai Auatralia lebih kurang 1 juta tahun yang lalu. Di Indonesia mereka menemukan kondisi alam yang ideal untuk berkembang, yang menumbuhkan pengetahuan tentang pertanian serta peradaban secara menyeluruh. Ini terjadi pada zaman Pleistocene.
Pada Zaman Es itu, Atlantis adalah surga tropis dengan padang-padang yang indah, gunung, batu-batu mulia, metal berbagai jenis, parfum, sungai, danau, saluran irigasi, pertanian yang sangat produktif, istana emas dengan dinding-dinding perak, gajah, dan bermacam hewan liar lainnya. Menurut Santos, hanya Indonesialah yang sekaya ini (!). Ketika bencana yang diceritakan diatas terjadi, dimana air laut naik setinggi kira-kira 130 meter, penduduk Atlantis yang selamat terpaksa keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan Amerika.
Suku Aryan yang bermigrasi ke India mula-mula pindah dan menetap di lembah Indus. . Karena glacier Himalaya juga mencair dan menimbulkan banjir di lembah Indus, mereka bermigrasi lebih lanjut ke Mesir, Mesopotamia, Palestin, Afrika Utara, dan Asia Utara.
Di tempat-tempat baru ini mereka kemudian berupaya mengembangkan kembali budaya Atlantis yang merupakan akar budaya mereka.
Catatan terbaik dari tenggelamnya benua Atlantis ini dicatat di India melalui tradisi-tradisi cuci di daerah seperti Lanka, Kumari Kandan, Tripura, dan lain-lain. Mereka adalah pewaris dari budaya yang tenggelam tersebut.
Suku Dravidas yang berkulit lebih gelap tetap tinggal di Indonesia. Migrasi besar-besaran ini dapat menjelaskan timbulnya secara tiba-tiba atau seketika teknologi maju seperti pertanian, pengolahan batu mulia, metalurgi, agama, dan diatas semuanya adalah bahasa dan abjad di seluruh dunia selama masa yang disebut Neolithic Revolution.
Bahasa-bahasa dapat ditelusur berasal dari Sansekerta dan Dravida. Karenanya bahasa-bahasa di dunia sangat maju dipandang dari gramatika dan semantik. Contohnya adalah abjad. Semua abjad menunjukkan adanya “sidik jari” dari India yang pada masa itu merupakan bagian yang integral dari Indonesia.
Dari Indonesialah lahir bibit-bibit peradaban yang kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti, Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan lain-lain. Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain.
Itulah ringkasan teori Profesor Santos yang ingin membuktikan bahwa benua atlantis yang hilang itu sebenarnya berada di Indonesia. Bukti-bukti yang menguatkan Indonesia sebagai Atlantis, dibandingkan dengan lokasi alternative lainnya disimpulkan Profesor Santos dalam suatu matrix yang disebutnya sebagai ‘Checklist’.
Terlepas dari benar atau tidaknya teori ini, atau dapat dibuktikannya atau tidak kelak keberadaan Atlantis di bawah laut di Indonesia, teori Profesor Santos ini sampai saat ini ternyata mampu menarik perhatian orang-orang luar ke Indonesia. Teori ini juga disusun dengan argumentasi atau hujjah yang cukup jelas.
Kalau ada yang beranggapan bahwa kualitas bangsa Indonesia sekarang sama sekali “tidak meyakinkan” untuk dapat dikatakan sebagai nenek moyang dari bangsa-bangsa maju yang diturunkannya itu, maka ini adalah suatu proses maju atau mundurnya peradaban yang memakan waktu lebih dari sepuluh ribu tahun. Contoh kecilnya, ya perbandingan yang sangat populer tentang orang Malaysia dan Indonesia; dimana 30 tahunan yang lalu mereka masih belajar dari kita, dan sekarang mereka relatif berada di depan kita.
Allah SWT juga berfirman bahwa nasib manusia ini memang dipergilirkan. Yang mulia suatu saat akan menjadi hina, dan sebaliknya. Profesor Santos akan terus melakukan penelitian lapangan lebih lanjut guna membuktikan teorinya. Kemajuan teknologi masa kini seperti satelit yang mampu memetakan dasar lautan, kapal selam mini untuk penelitian (sebagaimana yang digunakan untuk menemukan kapal ‘Titanic’), dan beragam peralatan canggih lainnya diharapkannya akan mampu membantu mencari bukti-bukti pendukung yang kini diduga masih tersembunyi di dasar laut di Indonesia.
Apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan bangsa Indonesia ? Bagaimana pula pakar Indonesia dari berbagai disiplin keilmuan menanggapi teori yang sebenarnya “mengangkat” Indonesia ke posisi sangat terhormat : sebagai asal usul peradaban bangsa-bangsa seluruh dunia ini ?
Coba kita renungkan penyebab Atlantis dulu dihancurkan : penduduk cerdas terhormat yang berubah menjadi ambisius serta berbagai kelakuan buruk lainnya (mungkin ‘korupsi’ salah satunya). Nah, salah-salah Indonesia sang “mantan Atlantis” ini bakal kena hukuman lagi nanti kalau tidak mau berubah seperti yang ditampakkan bangsa ini secara terang-terangan sekarang ini.


Demikian kutipan dari Catatan Bang Ferdy Dailami Firdaus tentang Teori Santos secara ringkas. Bagi yang berminat untuk membaca lebih jelas, dapat langsung ke website Profesor Arysio Nunes Dos Santos – Atlantis The Lost Continent Finally Found http://www.atlan.org/ (badruttamamgaffas.blogspot.com)

Minggu, 17 Februari 2013

Objek Wisata Goa Maharani.

Objek Wisata Goa Maharani. Kondisi alam di Kabupaten Lamongan di Jawa Timur memang terkenal gersang dan tandus. Jarak sekali terlihat lahan persawahan disana yang ada hanyalah hamparan tambak ikan para warga. Namun dibalik itu semua, kabupaten di pesisir utara Pulau Jawa ini memiliki objek wisata yang sangat eksotik. Goa Maharani namanya.
goa maharani
Goa Maharani
Istana Maharani atau yang akrab disebut Goa Maharani ini berada di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa timur. Letaknya tidak jauh dari tempat rekreasi keluarga Wisata Bahari Lamongan (WBL)atau Tanjung Kodok.
Goa Maharani ini pertama kali ditemukan pada tahun 1992 oleh 6 orang penggali tanah yang dipimpin oleh Sunyoto, sang mandor. Malam sebelum ditemukan, istri sang mandor bermimpi melihat cahaya bunga­-bunga yang sangat indah penuh warna-warni yang dijaga oleh 2 ekor naga raksasa bermahkota.

goa maharani
Eksotis
Goa yang diresmikan sebagai objek wisata pada 10 Maret 1994 ini berada di kedalaman 25 meter dari permukaan tanah dengan rongga goa seluas 2500 meter persegi. Objek wisata ini selalu ramai dikunjungi karena letaknya yang strategis dekat dengan WBL.

Keindahan goa ini diakui oleh ahli pergoaan internasional. Keistimewaan goa ini adalah stalaktit dan stalagmit di dalam goa masih bisa tumbuh sepanjang 1 cm per 10 tahun. Bila terkena cahaya, stalaktit dan stalagmit tersebut akan memancarkan cahaya warna-warni yang sangat indah.

goa maharani
Pintu Masuk
Disamping memancarkan cahaya warna-warni, stalaktit dan stalagmit tersebut mempunyai bentuk yang sangat unik seperti mirip singgasana raja, bentuk hewan dan tumbuhan yang bersinar indah. Tidak hanya itu, ada juga yang bentuknya menyerupai alat kelamin pria yang biasa disebut Lingga Pratala, dan berbentuk mirip alat kelamin wanita disebut Yoni Pratiwi.

Bentuk-bentuk unik yang lain antara lain, meyerupai dinosaurus, kepala gajah, bunga mawar, pohon beringin dan bentuk-bentuk unik lainnya.

Selain keindahan panoramanya, Goa Maharani juga terkenal akan mitosnya. Salah satu contoh adalah mitos tentang Roro Ayu Mantili, putri dari kerajaan Madangkara yang sering menampakkan diri dalam goa. selain itu air yang berasal dari sumur yang terletak di tengah goa dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit termasuk penyakit gila.

goa maharani
Maharani Zoo
Goa Maharani ini buka setiap hari mulai pukul 08.30 sampai 17.00 WIB. Untuk tiket masuk sendiri sebesar Rp 20 ribu untuk hari biasa dan Rp 25 ribu untuk weekend. Dengan tiket itu kita tidak hanya bisa menikmati Goa Maharani yang eksotis namun juga berhak masuk di Maharani Zoo yang berada di kawasan wisata tersebut.
sumber : http://balibackpacker.blogspot.com/2013/01/wisata-goa-maharani-lamongan.html

Tour Mewah Di Banten, Wisata Pulau Umang




Wisata Pulau Umang, Banten. Ternyata di Provinsi Banten terdapat objek wisata berupa pulau kecil yang sangat Indah dan mewah. Kalau mendengar Pantai Sawarna atau Pantai Tanjung Lesung mungkin sudah banyak yang mengenalnya. Bagaimana kalau nama Pulau Umang, apakah sobat pernah mendengar tentang keindahannya.

Pulau Umang
Pulau Umang terletak di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten. Jaraknya sekitar 183 kilometer dari Kota Jakarta dan bisa ditempuh selama 4-5 jam perjalanan. Dinamakan Pulau Umang karena di pulau ini terdapat binatang sejenis keong yang merupakan hewan endemik pulau ini.

Umang Resort
Pulau Umang sangat cocok digunakan sebagai tempat rekreasi untuk melepas kepenatan Kota Jakarta. Pulau ini memiliki pemandangan alam yang sangat indah. Dengan hamparan pasir putih pantai, air laut yang biru dan jernih serta ombak laut yang relatif kecil membuat liburan sobat bersama keluarga tak terlupakan.

Di tepi pantai terdapat cottage dan resort dengan bentuk bangunan tradisional yang sangat menarik dengan pemandangan dari kamar yang sangat indah karena langsung menghadap kelaut. Bila sobat menginap di cottage atau resort ini, seakan-akan pantai indah tersebut menjadi halaman rumah sobat.

Kolam Renang
Banyak kegiatan yang bisa kita lakukan di pulau cantik ini. Seperti memancing, berenang, jetski, banana boat, snorkeling dan banyak lagi lainnya. Di tepi pantai juga terdapat sebuah kolam renang air tawar untuk sobat yang tidak ingin berenang di laut. Terdapat juga beberapa gazebo untuk tempat beristirahat dan menunggu pemandangan matahari terbenam di pinggir pantai.

Jetski
Untuk fasilitas, di pulau ini cukup memadai. Terdapat beberapa toko souvenir khas Pulau Umang, penginapan berupa cottage dan resort, restoran, kafe, tempat persewaan perahu dan jetski, pusat informasi wisata, taman bermain anak, dan wahana-wahana wisata lainnya.

Pulau Umang Dari Seberang
Bila malam tiba, pengunjung biasanya dihibur oleh pertunjukkan musik organ tunggal dengan penyanyi lokal yang cukup merdu suaranya menambah romantisnya liburan di pulau ini.

Untuk menuju ke pulau ini ada dua jalur darat yang bisa dilalui. Rute pertama lewat Tol Kebun Jeruk - Merak, keluar di Serang Timur (km 71), lantas mengikuti jalan Pandeglang sampai Labuan, kemudian menuju Taragong - Citeurup - Cigeulis - Cibaliung - Cimanggu dan akhirnya sampai di Kecamatan Sumur.

Peta / Rute Ke Pulau Umang
Sedangkan untuk rute kedua sobat bisa melalui Tol Kebun Jeruk - Merak, keluar di Cilegon Barat, kemudian melalui Anyer - Carita sampai bertemu lagi dengan Labuan, kemudian mengikuti jalur yang sama dengan rute pertama sampai ke Kecamatan Sumur.

Bila menggunakan angkutan umum sobat bisa menggunakan bus jurusan Kalideres - Labuan dengan ongkos Rp 25 ribu. Dari Labuan ke Sumur ganti bus dengan ongkos Rp 15 ribu. Selain itu pengelola Pulau Umang juga menyediakan shuttle berupa minibus dari Jakarta ke Pulau Umang dengan tarif Rp 350 ribu pp.

Dari Sumur, perjalanan dilanjutkan kembali dengan menyeberang ke Pulau Umang menggunakan speedboat dengan waktu tempuh hanya 10 menit saja. Bila sobat berencana berlibur ke Pulau Umang ini harus memesan kamar jauh-jauh hari karena jumlah kamar yang terbatas dan jumlah pengunjung yang selalu ramai.

Cantiknya Pantai Sawarna, Banten

Pantai Sawarna. Propinsi Banten ternyata mempunyai banyak objek wisata pantai yang sangat menarik untuk di kunjungi, salah satunya adalah Pantai Sawarna. Pantai Sawarna terletak di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Total jarak dari kota Jakarta sekitar 230 kilometer dengan waktu tempuh selama 6 jam.
Dari Atas Bukit
Pantai Sawarna ini menyuguhkan pemandangan alam yang sangat indah. Deburan ombak dan pasir putihnya membuat liburan sobat akan sangat mengasyikkan. Pantai Sawarna dikelilingi oleh persawahan dan perbukitan dengan pepohonan hijau yang lebat, menambah suasana menjadi teduh dan asri.
Pohon Kelapa Dan Persawahan
Memang untuk menuju ke pantai cantik ini tidaklah mudah, karena lokasinya yang jauh dari kota dan kontur jalan yang jelek karena banyak bagian jalan yang rusak dan berlubang, apalagi mulai dari Pelabuhan Ratu sampai ke Pantai Sawarna tersebut.
Indah
Namun sesampainya di pantai ini, rasa lelah seketika langsung hilang dengan kehadiran panorama pantai yang begitu elok yang dikelilingi bukit-bukit hijau yang asri. Selain itu terdapat beberapa goa di sekitar kawasan pantai ini menambah lengkapnya liburan sobat.
Goa Di Sekitar Pantai
Sebenarnya di Desa Sawarna sendiri, bukan hanya Pantai Sawarna yang bisa sobat kunjungi. Ada beberapa pantai cantik lainnya yang bisa sobat telusuri. Seperti Pantai Tanjung Layar yang terkenal dengan sepasang batu besar yang berada di tengah pantai, Pantai Lagoon Pari yang memiliki air laut yang jernih dan pasir putihnya, dan Pantai Karang Taraje dengan hamparan batu karang dan ikan-ikan kecil yang berenang kesana kemari.
Batu Karang Di Pantai Tanjung Layar
Bila ingin menghabiskan malam di kawasan pantai ini, ada beberapa penginapan berupa cottage dan homestay yang siap menampung sobat dengan harga mulai dari Rp 100 ribu.
Untuk sampai di Pantai Sawarna, kita dapat menempuh perjalanan darat melalui kota Jakarta dengan menggunakan jalur Tol menuju kota Serang, serta dilanjutkan dengan menggunakan jalur yang melintasi Malingping, Pandeglang, Saketi, Bayah, serta Sawarna. Akhirnya setelah 6 jam perjalanan yang melelahkan sampailah di Pantai Sawarna.
http://balibackpacker.blogspot.com/2012/12/cantiknya-pantai-sawarna-banten.html

Pulau - pulau terluar di Indonesia


Indonesia merupakan negara kepulauwan yang memiliki banyak pulau diantara banyak pulau yang ada di indonesia salah satunya ada pulau pulau yang menjadi pulau terluar yang berbatansan langsung dengan negara tetanga. Nah berikut ini ada 1o pulau terluar di Indonesia kamu mau tahu pulau apa aja itu simak berikut ini.




1.Pulau Alor
Alor adalah sebuah pulau yang terletak di ujung timur Kepulauan Nusa Tenggara. Luas wilayahnya 2.119 km², dan titik tertingginya 1.839 m. Pulau ini dibatasi oleh Laut Flores dan Laut Banda di sebelah utara, Selat Ombai di selatan (memisahkan dengan Pulau Timor), serta Selat Pantar di barat (memisahkan dengan Pulau Pantar. Pulau Alor adalah satu dari 92 pulau terluar Indonesia karena berbatasan langsung dengan Timor Leste di sebelah selatan.

2. Pulau Ararkula
Pulau Ararkula berdasarkan perpres 78 tahun 2005 merupakan salahsatu pulau terluar di Indonesia. Namun secara fisik pulau tersebut hanyalah gosong pasir. Pulau Ararkula ini tidak berpenghuni. Pulau Ararkula (nama lokalnya yaitu Pulau Konan Danar) menjadi tempat singgah dan tempat tinggal sementara bagi masyarakat dari desa-desa sekitar (khususnya desa Salmona/Selemona) yang sedang mencari hasil laut, dengan mendirikan bangunan-bangunan ukuran kecil dari kayu dan atapnya dari daun kelapa. Pulau ini ditumbuhi berbagai macam vegetasi, seperti pohon kelapa, sagu, mangrove dan lain-lain.

3. Nusa Barung
Nusa Barung (atau Barong) adalah sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah selatan Pulau Jawa. Pulau ini berada dalam wilayah Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Pulau ini adalah salah satu pulau terluar Indonesia yang terletak di Samudra Hindia dan berbatasan dengan negara Australia. Pulau Barung ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah kabupaten Jember, sebelah selatan dari provinsi Jawa Timur, Indonesia.

4. Pulau Batek
Pulau Batek (Fatu Sinai) adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di Laut Sawu dan berbatasan dengan negara Timor Leste. Pulau Batek ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah kabupaten Kupang, provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau ini berada di sebelah timur laut dari kota Kupang dengan koordinat 9° 15′ 30″ LS, 123° 59′ 30″ BT.

5. Pulau Berakit
Pulau Berakit atau Pulau Batu Berhanti adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di perbatasan Indonesia dengan Singapura, dan merupakan wilayah dari pemerintah kota Batam, provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini berada di sebelah barat laut dari pulau Sambu (pangkalan minyak Pertamina di pulau Batam) yang dapat dilihat dalam jalur perjalanan ferry dari pelabuhan Batam Centre menuju pelabuhan HarborFront di Singapura. Letak koordinat dari pulau Batu Berhanti adalah 1°11′6″LU,103°52′57″BT.

6. Pulau Batu Goyang
Pulau Batu Goyang adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di Laut Aru dan berbatasan dengan negara Australia. Pulau Batu Goyang ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara, provinsi Maluku. Pulau ini berada di sebelah selatan dari Pulau Aru dengan koordinat 7° 57′ 1″ LS, 134° 11′ 38″ BT.

7. Pulau Berhala
Pulau Berhala adalah sebuah pulau di Jambi, Indonesia[1]. Pulau ini merupakan pulau terluar Indonesia di Selat Malaka, Pulau yang kaya akan hutan akar bahar ini menyimpan berbagai jenis terumbu karang (Intertidal Coral Reef dan Karang Tengah) dalam radius 200 M dari bibir pantai yang tidak kurang dari 22 spesies dan jenis ikan karang dapat terlihat dari 11 spesies, bila anda menyelam kesana. Luasnya adalah 2,5 km². Berhala memiliki topografi bergunung dengan hutan lebat dan pantai yang putih bersih. Pada awal dan akhir tahun, pantai Pulau Berhala menjadi tempat persinggahan penyu untuk bertelur. Pulau yang kaya akan hutan akar bahar ini menyimpan berbagai jenis terumbu karang (Intertidal Coral Reef dan Karang Tengah) dalam radius 200 M dari bibir pantai yang tidak kurang dari 22 spesies dan jenis ikan karang dapat terlihat dari 11 spesies, bila anda menyelam kesana.

8. Pulau Batu Goyang
Pulau Batu Goyang adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di Laut Aru dan berbatasan dengan negara Australia. Pulau Batu Goyang ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara, provinsi Maluku. Pulau ini berada di sebelah selatan dari Pulau Aru dengan koordinat 7° 57′ 1″ LS, 134° 11′ 38″ BT.

9. Pulau Fanildo
Pulau Fanildo adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di Samudra Pasifik dan berbatasan dengan negara Palau. Pulau Fanildo ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten Biak Numfor, provinsi Papua. Pulau ini berada di sebelah utara dari Kota Manokwari dengan koordinat 0° 56′22″ LU, 134° 17′44″ BT.

10. Pulau Karimun Kecil
Pulau Karimun Kecil (Pulau Anak Karimun), adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di Selat Malaka yang berbatasan dengan negara Malaysia, dan merupakan wilayah dari kabupaten Karimun, provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini berada di utara pulau Karimun dengan koordinat 1° 9′ 59″ LU, 103° 23′ 20″ BT, dan dalam peta wikimapia dapat dilihat pada lokasi ini. Pulau ini juga dapat dilihat dalam perjalanan ferry dari pelabuhan Tanjung Balai Karimun menuju pelabuhan HarborFront, Singapura.
sumber : http://cerita-indonesian.blogspot.com/2013/01/10-pulau-terluar-indonesiain.html

Wisata Di Pulau Nusa Lembongan

Lokasi Wisata Pulau Nusa Lembongan berada di dekat Pulau Nusa Penida, yaitu sebelah tenggara Pulau Bali. Bila sobat melakukan perjalanan ke pulau Nusa Penida melalui Pantai Sanur maka akan terlebih dahulu melewati Pulau Nusa Lembongan ini. Pulau Nusa Lembongan memiliki luas yang jauh lebih kecil dari luas Pulau Nusa Penida.


Peta Nusa Lembongan
Pulau Nusa Lembongan adalah salah satu dari tiga pulau kecil di sebelah tenggara pulau Bali. Dan pulau ini merupakan pulau terbaik dari segi pariwisatanya. Pulau yang masih termasuk di dalam Kabupaten Klungkung, Bali ini memiliki panjang 4,6 km dan lebar 1 - 1,5 km. 

Snorkeling
Pulau ini sangat terkenal akan wisata bawah lautnya. Laut di Nusa Lembongan kaya akan terumbu karang dan ratusan spesies biota lautnya sehingga membuat pulau ini sangat dikenal oleh para penyelam baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Ditambah pantai di pulau ini memiliki pemandangan yang sangat indah dengan pasir putih dan jernihnya air laut. Pulau Nusa Lembongan ini merupakan salah satu lokasi diving terbaik di Bali bahkan Indonesia.

Tepi Pantai
Selain dengan cara menyelam sendiri di pulau ini, sobat bisa menyewa jasa Bali Cruise, seperti Bounty Cruise Bali dan Bali Hai Cruise yang bisa didapatkan di Tanjung Benoa sebelum sobat menyeberang ke pulau ini. Kedua penyedia cruise ini menawarkan paket liburan ke Nusa Lembongan lengkap dengan aktivitas menyelam baik diving, snorkeling, maupun seawalker.

Kapal
Selain menyelam, bila sobat ingin menikmati alam pedesaan di pulau ini, sobat bisa berkeliling pulau dengan menyewa motor dengan tarif Rp 50.000/ 6 jam. Untuk mobil sangat terbatas di pulau ini, dan sobat akan jarang melihat mobil pribadi di pulau ini. Di pulau yang dihuni oleh 4.000 jiwa ini terdapat perkampungan budidaya rumput laut, karena sebagian besar penduduk pulau ini adalah petani rumput laut.

Wisata lain yang bisa dikunjungi di pulau ini adalah Gala-Gala, Goa Sarang Walet, Rumah Bawah Tanah, Rawa-rawa Pegadungan, Art Shop Center Buanyaran, Batu Melawang, dan tempat romantis Kolong Pandan Sunset Park.

Untuk menuju ke pulau Nusa Lembongan bisa melalui Pantai Sanur dengan menggunakan perahu motor sekitar 2 jam perjalanan. Atau bisa juga melalui Tanjung Benoa dengan menggunakan Kapal Pesiar yang sudah saya sebutkan diatas.

sumber

Melihat keindahan Bawah Laut di Indonesia

Indonesia memiliki banyak sekali objek wisata bawah laut dengan keindahan terumbu karang dan keanekaragaman biota lautnya. Tak aneh bila negeri kita tercinta ini kaya akan wisata bawah lautnya karena memang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki ribuan pulau dan juga Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia.

Wisata bawah laut memang memberikan sensasi yang luar biasa dan lain dari yang lain, karena di bawah laut  itu kita bisa melihat keindahan terumbu karangnya dan berinteraksi langsung dengan spesies-spesies yang ada disana. Berikut objek-objek wisata bawah laut yang ada di Indonesia :

1. Kepulauan Raja Ampat


Kepulauan Raja Ampat

Kepulauan Raja Ampat terletak di Propinsi Papua Barat. Keindahan bawah laut Raja Ampat ini sudah terkenal sampai keluar negeri. Bagi pecinta diving pasti mengenal kepulauan ini. Perjalanan ke Kepulauan Raja Ampat dari Jakarta memerlukan waktu 6 jam bila naik pesawat komersil. Disini sobat bisa menjumpai beberapa spesies endemik Raja Ampat yang tidak bisa sobat jumpai ditempat lain.

2. Wakatobi

Diving di Wakatobi

Nama Wakatobi merupakan gabungan dari 4 pulau terbesar di kawasan ini yaitu Pulau Wangi-Wangi, Kalidupa, Tomia, dan Binongko. Keindahan bawah laut di kawasan ini sudah diakui oleh dunia dan dijadikan Taman Nasional oleh pemerintah Indonesia. Wakatobi terletak di Propinsi Sulawesi Tenggara. Dulunya Wakatobi bernama Kepulauan Tukang Besi.

3. Taman Nasional Bunaken

Laut Bunaken

Siapa yang tidak kenal dengan Bunaken. Objek wisata di Sulawesi Utara ini memang sangat terkenal dengan keindahan bawah lautnya sehingga perlu dijaga kelestariannya. Bunaken terletak 75 mil laut dari pantai Manado. Taman Nasional ini juga merupakan situs warisan dunia yang terdaftar di UNESCO. Jangan lupa membawa kamera anti air laut untuk mengabadikan aktivitas sobat di bawah laut Bunaken.

4. Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu terletak 45 km utara kota Jakarta. Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau karang yang pulau-pulaunya memiliki ketinggian kurang dari 3 meter dpl. Disamping keindahan bawah lautnya, di kepulauan Seribu terkenal dengan tempat penangkaran penyu. Penangkaran penyu di kepulauan Seribu terletak di Pulau Pramuka.

5. Nusa Penida Dan Nusa Lembongan

Peta Pulau Nusa Penida dan Pulau Lembongan

Nusa Penida dan Nusa Lembongan adalah dua pulau yang terletak di sebelah tenggara pulau Bali. Dua Pulau ini terkenal akan spot diving-nya. Bila sobat berkunjung ke Bali, jangan lupa mampir ke pulau ini lewat pantai Sanur dengan menaiki perahu motor yang bisa ditempuh dalam waktu 2 jam. Di pulau ini juga banyak berdiri hotel berbintang dan bungalow-bungalow kelas atas.

6. Tulamben

Kapal Karam Di Tulamben

Tulamben terletak 82 km dari kota Denpasar, Bali. Tulamben memiliki keindahan bawah laut yang sangat bagus. Keunikan lain di kawasan ini adalah terdapat kapal milik Amerika Serikat yang karam pada perang dunia kedua dan sekarang menjadi hunian ratusan spesies ikan di laut Tulamben.

sumber